Ceritakopi Nusantara

Kalau ngomongin tentang sejarah perjuangan Indonesia, yang sering muncul dalam pembahasan pasti senjata, rapat besar, atau pidato-pidato penyemangat dari seluruh pejuang bangsa. Tapi ada satu hal kecil yang sering kelewat nih, yaitu kopi.

Di era tahun 1930–1940-an, ngopi sudah jadi budaya sehari-hari, terutama buat kaum terpelajar, aktivis pergerakan perjuangan, hingga para prajurit di medan perang. Jadi walaupun nggak ada catatan harian yang secara detail menyebutkan jam berapa Bung Karno nyeruput kopi apa dan dimana, atau kapan Jenderal Sudirman minum kopi sambil lihat peta dari gunung mana, konteks mengenai sejarah itu sendiri dan kebiasaan sosial di masa itu sangat mendukung fakta bahwa kopi memang selalu ada di tengah masa perjuangan.

Sederhananya secara logika bisa ditarik kesimpulan berdasarkan:

  • Mau rapat sampai malam? Perlu kopi.
  • Mau diskusi panjang berjam-jam? Perlu kopi.
  • Begadang mikirin nasib bangsa? Perlu kopi.

Ngopi ala Bung Karno tuh berapi-api, pekat, dan penuh semangat 🔥☕

Dr. (H.C.) Ir. Haji Soekarno, sang proklamator Indonesia ini terkenal sebagai orator dan pemikir besar yang sering terlibat dalam diskusi maraton, baik di rumah tokoh pergerakan, di asrama mahasiswa, hingga di warung-warung rakyat. Di masa itu, kopi dan rokok adalah “teman setia” yang menemani diskusi kaum pergerakan, bukan cuma sebagai gaya-gayaan, tapi sebuah kebutuhan agar kepala tetap bisa fokus saat mendiskusikan masa depan Indonesia sampai dini hari.

Jadi walaupun nggak ada foto dari Bung Karno sedang minum kopi manual brew V60, masih bisa dipastikan kalau cangkir kopi tubruk jauh lebih sering hadir dalam hidup beliau dibanding kopi latte gula aren. Karena di masa perjuangan, yang penting bukan estetik, tapi efek dari kopi yang bisa membuat terus melek dan menambah fokus.


Ngopi ala Bung Hatta tuh hangat, rapi, teratur sambil mikirin masa depan 📚☕

Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta ini dikenal sebagai kebalikan Bung Karno yang penuh semangat berapi-api melalui pidato-pidatonya. Bung Hatta itu pemikir kelas berat yang vibes nya kalem, analitis, dan senang sekali membaca. Kebiasaan beliau yang paling kuat adalah: membaca, berdiskusi, mencatat, dan mengevaluasi secara menyrluruh hasil dari rapat atau rencana-rencana yang akan dilakukan.

Dalam budaya intelektual pada masa itu, ngopi sambil diskusi itu merupakan hal yang normal, apalagi saat membahas strategi pergerakan, ekonomi bangsa, dan skenario pasca-kemerdekaan yang sering dilakukan hingga berjam-jam lamanya. Bisa dibilang, kalau Bung Karno itu ibaratnya seperti “tokoh api”, maka Bung Hatta itu seperti “tokoh kompasnya”. Dan menjadi sebuah kompas pasti butuh konsentrasi yang lebih banyak agar bisa tetap fokus. Sehingga untuk bisa konsentrasi akan butuh suasana yang mendukung, dan suasana ini sering digambarkan sebagai suasana malam + kopi panas yang merupakan paket lengkap untuk melakukan diskusi di zaman pergerakan.


Ngopi ala Jenderal Sudirman tuh sederhana, tenang, tapi energinya luar biasa 🌿☕

Jenderal Besar Raden Sudirman hidup di realita yang berbeda dari Bung Karno dan Bung Hatta. Tidak ada situasi meja dan kursi rapat yang empuk, yang ada hanya hutan, gunung, dan perang secara gerilya.

Dan dalam kondisi seperti itu, para pejuang biasanya membawa logistik paling sederhana yang bisa menghangatkan dan menambah tenaga mereka: salah satunya tentu saja kopi. Disini kopi bukan dijadikan teman untuk sekedar nongkrong saja, tapi buat sebagai teman untuk bisa survive.

Di medan perang yang dingin dan melelahkan apalagi lokasinya berada di sekitaran gunung dan hutan:

  • Kopi panas bisa membantu tubuh tetap hangat.
  • Efek dari kafein bisa membantu para pejuang tetap waspada.
  • Dengan adanya ritual minum minuman hangat bisa juga dijadikan “napas jeda” sebelum lanjut bertahan di perang selanjutnya..

Jadi buat Jenderal Sudirman, kopi disini bukan sebagai mood booster ya, tapi sebagai teman perjuangan yang realistis.


Kalau dibandingkan dengan jaman sekarang ini kita ngopi mayoritas tujuan nya untuk:

  • Kuat kerja lebih lama terutama ketika sedang ada pekerjaan lembur hingga malam.
  • Minuman yang selalu ada ketika nongkrong sama teman.
  • Ngopi sekedar untuk estetika, yang penting upload kalau sudah ngopi.
  • Untuk mood booster mencari inspirasi melalui ngopi.

Sedangkan kalau jaman dulu para pejuang ngopi tujuan nya untuk:

  • Bertahan dari cuaca dingin ketika di situasi perang.
  • Menjaga tetap fokus saat rapat pergerakan.
  • Menemani diskusi sampai pagi untuk masa depan bangsa.
  • Mengusir kantuk saat strategi rapat berjalan berjam-jam lamanya.

Para pahlawan kita nggak diingat karena kopinya, tapi perjuangan mereka juga ditemani hal-hal manusiawi yang sama seperti kita hari ini. Termasuk begadang, diskusi, lelah, butuh minuman hangat, dan menata harapan sambil menyesap secangkir kopi sederhana.

Dengan fungsi kopi yang sama, namun medan yang berbeda. Mungkin kita tidak hidup di masa perang. Tapi saat kita bisa duduk di kedai, buka obrolan, mencari ide, atau mikir keras soal masa depa, sebenarnya kita juga sedang melanjutkan budaya yang sama, yaitu: berdiskusi sambil ngopi.

Dan ya, sekecil apa pun, itu adalah warisan yang tetap hidup sampai sekarang.

Selamat ngopi, selamat menikmati merdeka dengan cara masing-masing. ☕🇮🇩

Pahlawan Indonesia Itu Ngopi Juga Nggak Ya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *